GUNUNGKIDUL – Tiga pengelola geosite, masing-masing Pacitan, Wonogiri dan Wonosari (Pawonsari), terus berupaya mempertahankan status Geopark Gunungsewu Indonesia. Di Gunungkidul, pemerintah setempat mengembangkan daerah penyangga geosite.
General Manager Geopark Budi Martono mengatakan ada 13 geosite yang menjadi lokasi kawasan geopark. Di Bumi Handayani, meliputi Gunung Api Purba Nglanggeran, Patuk, Kali Ngalang, Gedangsari, Hutan Wanagama, Playen, Air Terjun Sri Gethuk, Bleberan, Playen, Gua Kali Suci, Semanu. Lalu Gua Jomblang, Semanu, dan Gua Pindul. Disusul Bejiharjo, Karangmojo, Lembah karst Mulo Wonosari, Pantai Baron-Pantai Kukup-Pantai Krakal, Tanjungsari, Pantai Siung-Gunung Batur-Pantai Wediombo, Tepus dan Girisubo, Hutan Wisata Turunan, Girisuko, Panggang, Gua Cokro, Umbulrejo, Ponjong dan Bengawan Solo Purba (Sadeng) wilayah Desa Pucung, Kecamatan Girisubo.
“Jumlah geosite tidak ditambah, tetapi konsepnya pengembangan geosite, yakni mengedepankan unsur pendidikan, dan budaya,” kata Budi kemarin (21/2). Daerah penyangga yang akan dikembangkan adalah zona utara. Desa Wisata Gunung Api Purba, daerah penyangga ada Wisata Kuliner Kampung Emas dan Desa Wisata Kerajinan Bobung. Sementara wilayah Gedangsari ada green village, Desa Mertelu, serta Embung Batara Sriten, akan terus dikembangkan.
“Selain itu, juga dilakukan pengembangan di sekitar geosite seperti di Lembah Ngingrong dengan stone garden. Diharapkan stone garden bisa memberikan edukasi dan peristirahatan bagi wisatawan,” ujar Budi.
Menurut dia pengembangan berupa menambah jumlah batu. Setiap batu akan ada tiga jenis ukuran mulai kecil, sedang dan besar. Lalu akan ada kuliner, penjual suvenir dan museum batu.
Sementara itu, Sekretaris Dinas Pariwisata (Dispar) Gunungkidul Hary Sukmono mengatakan pengembangan penyangga geosite tahap kedua dilakukan tahun ini. “Anggaran menggunakan APBD Gunungkidul Rp 500 juta untuk pengembangan landscape, dan pengembangan di dalam sebesar Rp 200 juta,” kata Hary.
Sementara dari dinas Pariwisata DIJ akan ada anggaran Rp 1 miliar untuk pembuatan jalur pedestrian dan pengembangan luar. Nanti di stone garden diperkaya jenis batuannya.
“Juga dilengkapi jenis batu dari Pacitan dan Wonogiri sebagai gugusan karst Gunungsewu. Untuk tahap awal sudah mendapatkan anggaran dari Kementrian Pariwisata Rp 2 miliar dan Rp 885 juta dari dana keistimewaan (danais),” ujar Hary. (gun/iwa/mg1/radarjogja)